Sangatlah bersyukur jika kalian diberikan fisik dan pikiran yang sempurna. Memang terkadang rasa syukur itu akan ada dikala kita sudah mengalami berkurangnya nikamat. Sebagai contoh sering kita lihat orang diberikan rizki melimpah ruah tapi mereka lupa sedekah dengan anak yatim, dia ingat sedekah ketika sudah diambang kebangkrutan.
Begitu juga dengan diri kita, salah satunya sayangilah telinga kalian selagi masih diberikan pendengaran yang baik. Gunakan untuk mendengarkan hal-hal yang baik pula. Karena jika diantra kedua telinga salah satunya mengalami ketidak normalan dalam mendengar (budek dalam bahasa orang awamnya), sangat tidak nyaman.
Beberapa minggu lalu saya mengalaminya, telinga sebelah kanan saya tidak bisa mendengar hampir 80%, setelah dicek oleh dokter Puskesmas katanya telinga saya tersumbat rumen (curek). Gejala awal sudah ada sejak 5 bulan lalu, namun masalah itu timbul setelah telinga saya bersihkan. Biasanya telingan kembali normal dalam waktu 2 sampai 3 hari. Kejadian itu terus berulang setiap sehabis saya bersihkan.
Baca Juga: Cara Ganti Kol Stater Motor Honda Kirana 2003
Kejadian terparah yaitu saya bisa mendengar jelas ketika daun telinga ditarik kebawah, namun tidak ada keluhan lain selain pendengaran yang berkurang, misal gatal telinga sebelah dalam atau bengkak dll. Istri menyarankan saya untuk langsung konsultasi ke dokter spesialis THT. Karena dia mengeluh kalau saya diajak ngobrol suka salah sambung, ya maklumlah namanya saja orang budi (budeg dikit).
Sebelumnya saya pernah mengantar kakek ke dokter THT, karena keluhan pendengaran yang terganggu juga. Biayanya 600 rb sudah termasuk obat. Dengan pertimbangan biaya itulah saya memanfaatkan kartu BPJS. Harapan saya dapat berobat pada dokter spesialis THT di rumah sakit dengan biaya ditanggung BPJS alias gratis.
Informasi yang saya peroleh bahwa syarat mendapatkan layanan berobat (bukan gawat darurat) menggunakan BPJS di rumah sakit umum adalah memiliki surat pengantar (rujukan) dari puskesmas. Oleh sebab itu saya ke Puskesmas Kecamatan Simbarwaringin dengan tujuan minta surat rujukan tersebut.
Sesampainya di Puskesmas saya menuju pusat informasi untuk menanyakan perihal surat rujukan. Ternyata surat rujukan tidak bisa dikeluarkan oleh pihak puskesmas jika puskesmas masih bisa menanganinya. Toh masalah yang saya derita juga bukan yang gawat darurat, begitulah kira-kira penjelasan dari petugas.
Singkat cerita saya mengambil antrian sebagai pasian berobat dan dapat giliran diperiksa oleh dokter umum di puskesmas itu. Memang ternyata ada kotoran yang menyumbat bertekstur kering dan saat itu belum bisa dikeluarkan, sebab jika dipaksa dikeluarkan akan lecet dan dikhawatirkan terjadi infeksi.
Saat itu saya diberikan resep berupa obat tablet dan obat tetes telinga yang saya tebus di apotik. Obat tetes telinga yang saya beli bermerk dagang FORUMEN. Dengan dosis 2-3 tetes per penggunaan, dan dapat diberikan hingga 4 kali dalam sehari dan tidak digunakan lebih dari dua malam (dosis ini yang dianjurkan oleh dokter kepada saya). Alhasil kotoran akan medok atau lumat. Ketika digunakan tidak ada rasa perih atau lainnya, yang terasa hanya dingin.
Kunjungan saya berikutnya adalah 5 hari kedepan, karena nunggu rumen medok atau lembut sehingga bisa diambil. Tetap saya harus sabar dengan kebudegkan yang sudah mulai menyebalkan ini.
Tiba saatnya jumpa dokter ke 2 kalinya, setelah dilihat rupanya kotoran baru bisa diambil separuh dan masih agak keras. Ukuranya cukup lumayan kira-kira panjang 1 cm dengan jari-jari 3 mili, jadi bentuknya seperti tabung yang di belah.
Sempat merasakan plong dengan berisiknya emak-emak yang canda tawa dengan temannya, namun setelah itu tertutup lagi karena kata dokter yang separuh harus digeser ketengah supaya 5 hari kedepan bisa diambil. Dengan resep yang sama dan tetes telinga saya harus berkunjung untuk mengambil sisa rumen yang masih ada.
Ternyata belum sampai rumah ketika dalam perjalanan pulang telinga saya bisa mendengar sempurna, namun minggu depan saya sudah janji dengan dokter tetap harus membersihkannya.
Dari pengalaman saya, mungkin ada temen temen yang mengalaminya ada beberapa hal yang dapat diambil pelajaran dari hal tersebut:
- Jangan sering membersihkan telinga.
Pada dasarnya kotoran akan keluar dengan sendirinya saat temen-temen melakukan pengunyahan ketika makan, jika harus membersihkan maka cukup yang bagian luar dan tidak sampai kedalam.
- Penggunaan cottonbuth
Jika sering dibersihkan dengan cottonbuth, kotoran akan terdorong makin kedalam, memungkinkan kotoran mengendap dan mengkristal. Selain itu cairan saluran telinga menjadi kering karena cairan itu dapat berfungsi sebagai pelembab.
- Jika terpaksa harus membersihkan, maka gunakan alat pembersih telinga yang ujungnya seperti sendok, biasanya dilengkapi dengan lampu.
Apabila ada keluhan hubungi pusat layanan kesehatan.